Ghiboo.com - Istilah angin duduk
digunakan untuk menggambarkan gejala nyeri dada seperti rasa ditekan,
keluar keringat dingin, perut kembung, ulu hati seperti ditusuk-tusuk
sehingga menimbulkan rasa mual, dan dianggap lebih parah dari masuk
angin biasa.
Langkah yang umum dilakukan adalah dengan minum larutan tolak angin,
menggosokkan balsam, atau melakukan kerokan di bagian tubuh yang dirasa
sakit. Namun, bisa saja 30 menit kemudian penderita meninggal dunia.
"Itu terjadi pada suami saya. Sehari sebelum meninggal, dia masih
mengajak anak-anak bersepeda. Sorenya, mencuci mobil di halaman depan.
Esok paginya, dia sehat bugar ketika berangkat kerja."
"Menjelang siang, dia telepon dan mengaku nyeri dada disertai berkeringat
gede-gede.
Ketika teman kantor mengajaknya makan siang, mereka mendapati suami
saya sudah tertelungkup ke atas meja dan tidak bernapas lagi."
"Sebelumnya, dia memang sering mengeluh nyeri di bagian bawah dada.
Begitu dikerok, sembuh, makanya kami menduga itu adalah angin duduk,"
cerita Mercy Sinambela, 38 tahun.
Di dalam dunia medis, istilah angin duduk mengarah pada penyakit
jantung yang disebut Sindroma Koroner Akut (SKA). SKA adalah salah satu
manifestasi klinis dari Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan
paling sering mengakibatkan kematian.
Gejala awalnya berupa nyeri dada yang disebut
angina pectoris,
yaitu suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada. Sejauh ini,
penderitanya lebih banyak orang dewasa - terutama pria - yang tidak
menjalankan pola atau gaya hidup sehat.
"Kasus yang paling banyak terjadi adalah pasien tidak cepat
memeriksakan diri meski sudah mengalami gejala-gejala tadi. Jadi jika
Anda tiba-tiba merasa nyeri dada, sebaiknya tidak melakukan aktivitas
fisik apa pun termasuk melakukan hubungan seksual. Secepatnya pergi ke
rumah sakit untuk ditangani oleh ahli jantung atau dokter bagian
kardiovaskular," saran dokter Femmy Nurul Akbar, SpPD yang ditemui
disela-sela tugas prakteknya sebagai Spesialis Penyakit Dalam di Rumah
Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan.
Angina terjadi saat istirahat dan terus menerus, biasanya lebih dari
15 menit. Angina mengalami peningkatan dengan semakin lama waktu
nyerinya atau lebih mudah tercetus.
Melalui sebuah jurnalnya, Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Prof. DR. dr. Teguh Santoso, SpPD, menyarakan agar pasien segera
mendapatkan pertolongan tidak lewat dari 15 menit setelah serangan nyeri
pertama.
Variasi rasa nyerinya, menurut Profesor Teguh, dada seperti ditekan,
diremas-remas yang rasanya menjalar ke leher dan lengan, atau merasa
terbakar dengan sesak napas dan keringat dingin. Keluhan dapat merambat
ke kedua rahang gigi, bahu, serta punggung. Lebih spesifik, ada juga
yang disertai kembung pada ulu hati seperti maag.
Sumber masalah sesungguhnya hanya terletak pada penyempitan pembuluh
darah jantung (vasokonstriksi). Penyempitan tersebut menyebabkan
sebagian jantung tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup, sehingga
pasokan darah ke jantung pun tidak seimbang. Kondisi ini akhirnya
mengakibatkan kerusakan pada otot jantung yang dapat menyebabkan
kematian.
Prof. Teguh mengatakan, satu-satunya pencegahan yang dapat dilakukan
hanyalah melonggarkan sumbatan yang terjadi, yaitu dengan memberikan
obat antiplatelet (sel pembeku darah) dan anti koagulan. Atau
mengantisipasi ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan oksigen ke
jantung dengan nitat, betabloker, dan kalsium antagonis.
"Obat antiplatelet yang paling murah dan gampang, ya aspirin. Selain
bermanfaat sebagai pertolongan pertama mengatasi nyeri, obat ini juga
untuk melonggarkan kembali pembuluh darah yang tersumbat. Kalau
berdasarkan hasil diagnosa dokter Anda menderita gangguan jantung,
sebaiknya membawa tablet antiplatelet ke manapun Anda pergi, sebagai
pertolongan awal sebelum ke rumah sakit. Berikutnya, ikuti semua saran
dokter dalam hal pengobatan medis dan pola hidup sehat. Kesembuhan Anda,
tergantung pada kepatuhan Anda pada dokter yang menangani," tegas
dokter Femmy. (ib)
(Majalah Good Housekeeping Indonesia, edisi Maret 2011)