Oleh: Marmi Panti HidayahKarena rasanya nikmat,
sulit sekali mengindari makanan berlemak dalam jadwal makan
sehari-hari. Tapi bagaimana cara agar kita tetap bisa menikmati makanan
tersebut tanpa takut bahaya kolesterol?
Menurut ahli gizi yang
juga Dosen Klinis di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Alma Ata
Yogyakarta, Esti Nurwanti, S.Gz Dietisien, kebutuhan lemak harian orang
dewasa sekitar 25 persen dari total energi atau sekitar 55 gram dari
2.000 kalori.
“Lemak jenuh sebaiknya kurang dari 10 persen dari
total kalori atau maksimal 20 gram. Sisanya adalah lemak tak jenuh,”
kata Esti.
Sekadar info, lemak jenuh banyak terdapat pada lemak
hewani. Sementara tak jenuh, ada pada kacang, biji-bijian, jagung,
zaitun atau ikan.
Esti menuturkan, dalam konsumsi harian nasi
goreng saja kandungan lemaknya mencapai 6,2 gram lemak. Belum lagi telur
goreng yang kandungan kolesterolnya mencapai 200 mg. “Padahal anjuran
asupan kolesterol harian maksimal 300 mg. Artinya sudah mendekati
maksimal. Sementara asupan kita tidak hanya dari telur,” katanya.
Oleh
karena itu, lanjut Esti, orang dewasa sebaiknya mengonsumsi telur
goreng hanya tiga kali dalam seminggu. “Kalau mau sering mengonsumsi,
kuning telur jangan dimakan, cukup putihnya saja. Sebab, kuning telur
mengandung kolesterol tinggi,” ujar Nutrisionist dari UGM ini.
Sumber
kolesterol tinggi juga terdapat pada otak sapi, udang, jeroan seperti
ginjal, hati sapi dan hati ayam, serta makanan laut (sea food).
Apa bahayanya makanan berkolesterol tinggi?
“Jelas
itu membahayakan tubuh kita,” tandas Esti. Kata dia, “Bisa menyebabkan
penumpukan di pembuluh darah hingga menghambat peredaran darah ke
jantung atau otak yang berakibat stroke.”
Kendati demikian, dia
berharap agar tidak terlalu khawatir dengan asupan makanan yang malah
bisa membuat stres itu. Sebab, setiap konsumsi makanan ada
penetralisirnya.
“Misalnya kalau kita terpaksa mengonsumsi
makanan berkolesterol tinggi, ikuti dengan makanan tinggi serat karena
sifatnya mengikat kolesterol,” tambahnya. Bisa pula mengonsumsi minuman
yang mengandung Plant Stanol Ester (PSE) yang bisa mengikat kolesterol.
Lebih
penting lagi, jelasnya, konsumsi harian harus seimbang. Walaupun
konsumsi kolesterol sedikit, tapi asupan makanan berseratnya minim,
malah tidak sehat. Sebab kolesterol tetap beredar dalam tubuh.
Lalu bagaimana jika senang menyantap sate atau daging bakar yang disebut dapat memicu kanker?
Menurut
Esti, protein jika dibakar sifatnya sudah berbeda apalagi ada
karbonnya. “Karbonnya menempel pada daging hingga sifatnya menjadi
radikal bebas dan bisa memicu kanker,” kata Esti.
Untuk itu, jika
doyan makan sate atau daging dibakar, harus banyak mengonsumsi makanan
tinggi antioksidan biar seimbang. “Jadi biarpun ada radikal bebasnya,
tapi antioksidannya ada. Semua yang kita konsumsi ada penetralnya,”
tambah Esti.
Antioksidan bisa diperoleh dari jus jeruk, jus
anggur, atau buah naga. Hanya saja, katanya, pembuatan jus sebaiknya
tanpa gula atau jika terpaksa pakai sedikit saja, mengingat gula bisa
memicu radikal bebas.
Porsi antioksidan ini harus banyak guna
menyeimbangkan radikal bebas yang muncul dari makanan dibakar tadi. Jika
malas membuat jus, bisa makan buah secara langsung. Konsumsi buah segar
secara langsung justru lebih bagus karena kandungan nutrisinya masih
utuh.
Lebih mudahnya, Esti memberikan tip, sebaiknya dalam sehari
kita mengonsumsi maksimal lima makanan mengandung minyak atau lemak.
Tentu harus diperhatikan porsinya. Lemak hewani tiga kali seminggu.
Sedangkan ikan, aman dikonsumsi setiap hari.
“Atau setiap
konsumsi makanan berlemak, carikan makanan tinggi serat. Bisa juga
pagi-pagi konsumsi havermut karena seratnya bagus,” tandasnya.